Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk RPP tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat pada pembelajaran tematik terpadu berorientasi
pendekatan saintifik dalam rangka implementasi kurikulum 2013 yang sesuai
dengan komponen-komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud No. 81 A tahun
2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran
(Kemendikbud, 2013:38). Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model 4-D
yang terdiri dari: define, design,
develop, dessiminate. Pengembangan hanya dilakukan pada tahap develop. Rancangan
produk RPP divalidasi oleh ahli dan praktisi, kemudian dianalisis dan direvisi.
Produk RPP yang selanjutnya siap uji kelas di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng
berjumlah 9 kelas. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen APRP, APPP
dan persepsi Guru yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) kualitas RPP termasuk
kategori sangat baik. (2) kualitas keterlaksanaan RPP termasuk kategori
baik, dan (3) tingkat persepsi guru terhadap pembelajaran tematik terpadu
termasuk kategori baik.
Kata kunci: Kurikulum
2013, pembelajaran tematik terpadu, pendekatan saintifik, dan RPP.
Abstract
This development research aims to
produce lesson plans product of Civil Harmony theme for scientific approach-oriented thematic
integrative learning in order to implement Curriculum 2013 in
accordance with The Minister of Education and
Culture Official Regulation No. 81A, 2013 Appendix IV about Curriculum
Implementation Guidelines for Learning Instruction (The Ministry of Education
and Culture, 2013:38). This lesson
plans development used 4-D
model consisting of
four phases: define,
design, develop, and disseminate.
The development was carried on only until the stage of develop. The lesson plans design were validated
by experts and
practitioners and then analyzed and revised. The products were tested in
9 elementary schools
in Buleleng subdistrict. The data
were collected by using instrument of APRP, APPP, and teacher’s perception were
analyzed in a descriptive. The research shows that (1) quality of lesson plans
is categorized as very good, (2) quality the implementation of the lesson plans
is categorized as good, and (3) the teacher’s perception on thematic
integrative is categorized as good.
Keywords: Curriculum
2013, lesson plans, scientific approach, thematic integrative learning
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang (Hamalik, 2005:262). Untuk dapat
berkompetisi dalam hidup siswa wajib menempuh pendidikan terlebih dahulu. Pendidikan di
Indonesia diselenggarakan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-undang ini yang
dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal isi semua aspek
sangat berpengaruh dan berkaitan satu sama lain. Semua aspek harus berjalan
berkesinambungan agar memperoleh hasil sesuai tujuan pendidikan. Pendidikan
berfungsi sebagai alat yang strategis dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai pilar pembangunan sebuah
bangsa, khususnya dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM.
Peningkatan
kualifikasi akademik pendidik yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan SDM
guru yang akan berdampak pada peningkatan SDM peserta didik. Seperti tertuang
pada UUD Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ”Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional”. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
1)Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.
Kemampuan yang dimaksud adalah pemahaman tentang kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, kemampuan dalam mengembangkan kurikulum atau silabus, kemampuan dalam merancang
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengadakan evaluasi hasil belajar, mampu
memanfaatkan teknologi, dan memahami perkembangan peserta didik. 2) Kompetensi
kepribadian adalah seorang guru harus memiliki kepribadian yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa,
stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri,dan mengembangkan diri
secara mandiri dan berkelanjutan.
3) Kompetensi
sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi lisan, tulis, dan atau isyarat
secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan
sejati dan semangat kebersamaan.
4) Kompetensi
profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya, misalnya
memahami materi pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, serta
teknologi.
Jika
seorang guru telah memiliki dan bisa mengimplementasikan keempat kompetensi
tersebut dengan baik, maka proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan
dapat berjalan dengan optimal. Salah satu kompetensi yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik, karena kompetensi
pedagogik ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Pemerintah
telah melakukan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah mutu pendidikan, baik
yang bersifat makro maupun mikro. Upaya-upaya yang dimaksud adalah penetapan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengadaan bahan ajar dan buku refrensi
lainnya, penataran guru tentang proses belajar mengajar, kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan lain sebagainya. Namun, usaha-usaha yang
dilakukan tersebut belum mencapai hasil yang optimal.
Pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaksudkan sebagai
kurikulum yang mampu memfasilitasi siswa dalam pengembangan kompetensi mereka
yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor serta minat siswa pada setiap
mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum itu dengan melihat
potensi yang dimiliki dimasing-masing satuan pendidikan.
Oleh karena itu, penilaian hasil belajar dalam pelaksanaan KTSP perlu
dilakukan berdasarkan atas informasi yang selengkap mungkin mengenai siswa yang
bersangkutan, agar maksud tersebut dapat terlaksana (Depdiknas, 2004:1).
Pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan semua kompetensi dan potensi yang
ada pada siswa, baik kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotornya.
Penilaian
pada KTSP dilaksanakan secara terpadu dengan
kegiatan belajar mengajar sehingga disebut Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK
dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga aspek kompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotor) dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian
formal dan informal secara berkesinambungan (Rustaman, 2004:2). Sejalan dengan
penilaian berbasis kelas, paradigma pendidikan menghendaki bahwa tujuan
pembelajaran sebenarnya ialah “belajar membelajarkan diri sendiri”. Pandangan
ini tidak cocok diterapkan dengan menggunakan penilaian tradisional paper
and pensil test, dimana siswa dipandang sebagai individu yang pasif serta
pengetahuan merupakan sesuatu yang pasti dan bersifat tetap. Berdasarkan hasil
observasi dan refleksi pemerintah memandang pelaksanaan KTSP belum dapat dilaksanakan secara
optimal. Sebagian besar guru-guru masih menerapkan penilaian tradisional
yang lebih menekankan kompetensi kognitif dalam penilaian hasil belajar siswa.
Sementara, kompetensi afektif dan psikomotor belum mendapat perhatian secara
optimal. Belum optimalnya pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dan
penilaian hasil belajar siswa bermuara pada penguasaan kompetensi dasar siswa.
Pemerintah
sekarang ini merefleksi bahwa konteks
pembaruan pendidikan ada 3 isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaharuan
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode
pembelajaran. Dengan adanya pembaharuan pendidikan pemerintah menyempurnakan Kurikulum
KTSP menjadi Kurikulum 2013 yang didalamnya ada berbagai pandangan dalam
peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum
2013, menggunakan model pembelajaran tematik. Model pembelajaran tematik
diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model), karena
mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik
di dalam kelas atau di lingkungan sekolah (Kemendikbud 2013: 192). Pembelajaran
tematik terpadu berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar dan
kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran,
baik dalam mata pelajaran maupun antar mata pelajaran tertentu. Sedangkan
proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific
yang dapat memberikan peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah.
Sudarwan
(dalam Kemendikbud, 2013:200) mengatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan
Pendekatan Saintifik yang bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian,
proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,
prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Strategi pembelajaran
sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat
dalam Kurikulum 2013. Dalam arti bahwa kurikulum memuat apa yang seharusnya
diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana
apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran
didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada
Silabus (Permendikbud No.81A Tahun 2013, lampiran IV).
Pengimplementasian
Kurikulum 2013 sekarang dimulai secara serentak diseluruh Kabupaten/Kota pada
tahun pelajaran 2014/2015 disemua jenjang pendidikan sekolah di masing-masing
Kabupaten/Kota. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam pelaksanaan dan
menyukseskan kurikulum 2013 seperti pengadaan buku khusus kurikulum 2013,
pelatihan-pelatihan guru baik di tingkat kabupaten dan kota se-Indonesia. Namun
selama pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 membawa persoalan baru terutama
bagi guru-guru sebagai pelaksana kurikulum tersebut. Minimnya guru-guru yang
mendapat pelatihan dari pemerintah dalam penerapan kurikulum 2013, akan
berdampak pada kekurang mampuan mereka dalam memahami kurikulum 2013, terutama
dalam penyusunan RPP dengan model pembelajaran tematik terpadu, mengemas model
dengan pendekatan ilmiah, dan bagaimana mereka menilai proses dan hasil belajar
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selama ini pelatihan yang dilakukan oleh
pemerintah belum sepenuhnya memberikan kontribusi kepada para Guru dalam
implementasi kurikulum, baik dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi dari pelaksanaan kurikulum 2013.
Pemerintah sebagai penanggungjawab dalam menyukseskan keterlaksanaan kurikulum
2013 ini belum maksimal dalam menunjang keterlaksanaannya terutama sarana dan
prasarana penjunjang baik dalam bentuk buku guru dan buku siswa yang sampai
saat ini belum sampai ke sekolah-sekolah serta pelatihan yang diadakan belum
maksimal. Hal ini menyebabkan sekolah-sekolah terutama guru sebagai pendidik
dalam keterlaksanan kurikulum 2013 ini belum bisa memaksimalkan dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Terbukti dari
hasil pelatihan yang dilaksanakan, terutama di perencanaan pembelajaran
guru-guru masih bingung yaitu dalam pembuatan RPP tematik yang berorientasi pendekatan
saintifik dalam kurikulum 2013 yang dimaksud apalagi tanpa didukungnya buku
guru dan buku siswa. Berbagai contoh RPP yang tersebar dan sudah dilakukan
pelatihan, namun masih belum bisa 100% sesuai tujuan pelaksanaan dan isi
pencapaian dari kurikulum 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk RPP tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat pada pembelajaran tematik terpadu berorientasi
pendekatan saintifik dalam rangka implementasi kurikulum 2013 yang sesuai
dengan komponen-komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud No. 81 A tahun
2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran
(Kemendikbud, 2013:38).
METODE
Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian pengembangan model 4-D (Four
D model) dari Thiagarajan, Semmel, dan Semmel, (1974), tahapan R & D
terdiri dari empat tahap, yaitu: define,
design, develop, dan disseminate. Namun pada peneitian ini
hanya dilakukan sampai pada tahap development.
Pertama, define (analisis
kebutuhan) dilakukan melalui
studi literatur dan studi lapangan/empirik. Studi literatur dilakukan untuk
mengkaji standar isi kurikulum 2013. Studi lapangan/empirik dilakukan dengan mengobservasi
aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013.
Kedua, design (perencanaan), tahap ini bertujuan menyediakan RPP yang dikembangkan pada tema Kerukunan dalam
Bermasyarakat. Hasil-hasil yang
diperoleh dari studi literatur dan studi lapangan digunakan untuk merancang
desain rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai produk awal
RPP. Dengan
hasil observasi dilanjutkan dengan mengembangkan jenis/bentuk produk
(penyusunan RPP) meliputi: menyusun jaringan tema, jaring subtema-KD, kegiatan
dan indikator, penyiapan materi pembelajaran, pemilihan media, dan penyusunan
perangkat evaluasi. Pada rancangan desain RPP untuk menjadi prototipe ini
kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis kurikulum, buku guru dan buku siswa
tema Kerukunan dalam Bermasyarakat di kelas V dalam pembuatan
pemetaan jaring tema sehingga menjadi prototipe
RPP. Selanjutnya
prototipe RPP tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat divalidasi oleh ahli dan validasi oleh praktisi untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan konstruks rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dikembangkan dan sesuai dengan masukan yang diberikan, maka dilakukan
penyempurnaan prototipe RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat. Validitas ahli dan praktisi dilakukan untuk memastikan pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran tema Kerukunan dalam Bermasyarakat sesuai dengan isi dan konstruk yang diamanatkan oleh kurikulum 2013
dan Permendikbud No. 81A Tahun 2013. Setelah divalidasi, peneliti melakukan
revisi sesuai saran dan masukan yang diberikan hingga menjadi produk RPP yang
siap di uji coba terbatas langsung dilapangan.
Ketiga, develop (pengembangan) bertujuan untuk
menghasilkan produk RPP yang telah direvisi berdasarkan masukan ahli dan
praktisi dapat menjadi produk (RPP) yang layak diimplementasikan dilapangan. Kegiatan pengembangan ini meliputi: (a) uji coba skup terbatas, (b) analisis hasil validasi uji coba skup terbatas RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat, (c) Revisi, dan (d)
produk RPP yang sudah siap digunakan. Produk akhir dari
penelitian dan pengembangan ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran tema Kerukunan dalam Bermasyarakat pada pembelajaran tematik terpadu
berorientasi pendekatan saintifik dalam rangka kurikulum 2013 yang valid, reliabel dan relevan untuk diterapkan dalam
pembelajaran.
Instrumen
penelitian dibuat berdasarkan kisi-kisi. Instrumen yang dibuat kemudian
dikonsultasikan dengan ahli. Validasi yang dilakukan adalah validasi isi atau
uji pakar. Mekanisme perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: a) para pakar
yang dipercaya menilai instrument per-butir dengan mengacu pada tahapan
kisi-kisi APRP, APPP dan Persepsi Guru, b) hasil penilaian para pakar
ditabulasi dalam bentuk matriks gregory, c) dibuat tabulasi silang, d)
dilakukan perhitungan validitas isi. Setelah dilakukan perhitungan hasil
penelitian kedua pakar pada instrumen untuk lembar validasi: APRP diperoleh 1,
APPP diperoleh 1, dan wawasan guru diperoleh 1. Berdasarkan hasil penilaian
para pakar instrumen tersebut layak digunakan untuk penelitian.
Keterangan
:
α = Koefisien
Cronbach's Alpha
k = banyaknya
pertanyaan dalam butir
∑(Sdi)2
= varians
butir
(SdT)2
= varians total
Validasi uji coba secara
terbatas untuk mengetahui keterlaksanaan produk RPP dilapangan,
dapat dilihat dari hasil observasi/pengamatan peneliti dan kepala sekolah
mengenai aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dilaksanakan oleh
guru. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan produk RPP yang
dikembangkan yaitu APPP (Alat Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran). Skoring (proses pemberian skor) untuk APPP tematik
terpadu, dapat dilakukan dengan berbagai cara, Salah satu cara yang sederhana
dapat dilakukan dengan weighting aditive (dalam skala 100) sebagai
berikut.
Skala =
x 100
Sedangkan untuk mengetahui
persepsi guru terhadap pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat hasil
kuisioner yang diisi guru langsung setelah pembelajaran usai dilaksanakan.
Skoring (proses pemberian skor) untuk persepsi guru, dapat dilakukan dengan
berbagai cara, Salah satu cara yang sederhana dapat dilakukan dengan weighting
aditive (dalam skala 100) sebagai berikut.
Skala =
x 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini berupa
produk RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat Pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 di
kelas V yang valid, praktis dan efektif. Hasil validasi yang didapat dari ahli
dan praktisi terhadap produk RPP tergolong sangat baik dan layak digunakan. Validator
tersebut terdiri dari 1 orang pakar yang berasal dari kalangan dosen yang
berkompenten di bidangnya dan 4 orang praktisi yang berasal dari guru yang
sudah pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang kurikulum 2013 dan
beberapa diantaranya menjadi instruktur nasional. Hasil validasi
disajikan pada tabel 1 berikut.
Tabel
1 Hasil Validasi Ahli dan Praktisi
Validasi
|
Total
|
Total
|
Pakar
|
Skor
|
Skor
|
(Judges)
|
Kuadrat
|
|
V1
|
125
|
15625
|
V2
|
120
|
14400
|
V3
|
134
|
17956
|
V4
|
119
|
14161
|
V5
|
134
|
17956
|
Total
|
632
|
80098
|
SD
|
5.6
|
= 42,64
Dari
tabel 1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan
rencana pelaksanaan pembelajaran tema Kerukunan dalam Bermasyarakat di kelas V dikategorikan sangat baik dan
layak digunakan dengan capaian 0,902.
Uji coba terbatas RPP tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat ditinjau dari pelaksanaan dilapangan tentang
keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran produk RPP Tema Kerukunan dalam
Bermasyarakat di 9 kelas yang tersebar di Sekolah Dasar Kecamatan Buleleng yang
termasuk kategori baik. Hasil validasi disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel
2 Hasil Uji Coba Secara Terbatas
No
|
Tahapan
|
Rata-rata APPP
|
Kualifikasi
|
Uji Coba
Terbatas Pada
|
|||
1
|
Subtema 1
|
86.55
|
Baik
|
2
|
Subtema 2
|
86.09
|
Baik
|
3
|
Subtema 3
|
86.09
|
Baik
|
Jumlah
|
258.74
|
||
Rata-rata
|
86.25
|
Baik
|
Dari tabel 2 menunjukkan
bahwa ini hasil uji coba secara terbatas produk RPP pada sembilan pertemuan
dilaksanakan di 9 kelas dengan capaian 86,25. Berdasarkan kriteria PAP yang
berbasis mastery learning, terhadap Pelaksanaan RPP
tema Kerukunan dalam Bermasyarakat termasuk dalam kualifikasi Baik.
Persepsi guru tentang
pembelajaran tematik terpadu, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana persepsi guru tentang pembelajaran tematik terpadu terutama pada kurikulum
2013 dengan lembar instrument persepsi guru mengenai filosofis pembelajaran
tematik terpadu. Persepsi ini dari 9 guru sebagai responden tentang tematik terpadu.
Hasil analisisnya dipaparkan pad tabel 3 berikut.
No
|
Kode
Guru
|
Perolehan
Skor
|
Nilai
|
Kualifikasi
|
|
1
|
G1
|
93
|
84.55
|
Baik
|
|
2
|
G2
|
95
|
86.36
|
Baik
|
|
3
|
G3
|
97
|
88.18
|
Baik
|
|
4
|
G4
|
93
|
84.55
|
Baik
|
|
5
|
G5
|
97
|
88.18
|
Baik
|
|
6
|
G6
|
93
|
84.55
|
Baik
|
|
7
|
G7
|
96
|
87.27
|
Baik
|
|
8
|
G8
|
93
|
84.55
|
Baik
|
|
9
|
G9
|
97
|
88.18
|
Baik
|
|
Jumlah
|
776.36
|
||||
Rata-rata
|
86.26
|
Baik
|
Tabel
3 Hasil Analisis Persepsi Guru
Pada tabel 3 diperoleh
persepsi guru terhadap pembelajaran tematik terpadu diperoleh rata-rata skor
86,26. Berdasarkan kriteria PAP yang berbasis mastery
learning, dapat dikatakan bahwa persepsi guru terhadap pembelajaran tematik terpadu
termasuk dalam kualifikasi Baik.
Tahap validasi RPP tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Berorientasi
Pendekatan Saintifik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 di kelas V
ditempuh melalui dua tahapan validasi yaitu validasi ahli dan praktisi, dan
validasi empiris/Uji coba secara terbatas. Validasi dilakukan oleh 1 orang ahli
yang berasal dari kalangan dosen yang berkompenten di bidangnya dan 4 orang
praktisi yang berasal dari guru yang sudah pernah mengikuti pendidikan dan
pelatihan tentang kurikulum 2013 dan beberapa diantaranya menjadi instruktur
nasional. Hasil yang didapat dari validasi ahli dan praktisi terhadap produk
RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 capaiannya 0.902. Secara keseluruhan rencana pelaksanaan pembelajaran tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat di kelas V
dikategorikan sangat baik dan layak digunakan dengan perlu
direvisi sedikit.
Sebagaimana
dijelaskan dalam Permendikbud No. 81A Tahun 2013 Lampiran IV tentang
Impementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran bahwa guru menyusun RPP dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar dengan menyesuaikan kondisi di satuan pendidikan baik itu kemampuan
awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik (Kemendikbud, 2013:
7-8).
Hasil
penelitian validitas RPP tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat di kelas V berada pada kategori sangat baik dan sangat
layak digunakan, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya
(2014:135), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata skor validitas RPP
3,57 dengan konversi 4 dikategorikan valid dan layak digunakan. Selanjutnya penelitian
yang dilakukan Nurina (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kelayakan
RPP oleh 2 validator menunjukkan skor rata-rata 4,55, menunjukkan RPP yang
dikembangkan mencapai kriteria yang baik.
Diperolehnya
produk RPP tema Kerukunan
dalam Bermasyarakat yang sangat baik dan sangat layak disebabkan oleh
beberapa faktor pendukung keberhasilan pengembangan penyusunan produk RPP itu
sendiri. Pertama, tahapan-tahapan
pengembangan produk RPP yang dikembangkan sudah memperhatikan silabus tematik,
buku guru, dan buku siswa yang telah tersedia dan mengacu pada format serta
sistematika RPP yang berlaku. RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik
terpadu yang dikembangkan secara rinci dari suatu tema khususnya pada tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat dengan
mengkaji silabus, mengidentifikasi materi pembelajaran, menentukan tujuan,
mengembangkan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian, menentukan alokasi
waktu, dan menentukan sumber belajar.
Kedua, pembuatan jaring tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat yang dilakukan sebelumnya adalah kegiatan memetakan KD-KD dan Indikator
yang dicapai dalam tema yang telah disepakati, membuat jaring tema sesuai KD-KD
yang terkait dengan tema Kerukunan dalam Bermasyarakat. Dari hasil analisis tersebut tema yang terdiri
dari tiga subtema yaitu subtema (1) hidup rukun, (2) manfaat hidup rukun, dan
(3) cara menjaga kerukunan. Tiap subtema disusun 6 jaring subtema pembelajaran
sehingga total keseluruhan adalah 18 jaring subtema pembelajaran.
Ketiga, Prototipe RPP yang dibuat
sudah sesuai dengan Komponen-komponen RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat yang dikembangkan sesuai
dengan komponen-komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud No. 81A Tahun
2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran
(Kemendikbud, 2013: 38) dan sesuai dengan indikator/diskriptor yang telah
ditetapkan pada instrumen validitas.
Keempat, kegiatan yang dibuat di
produk RPP sudah dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Kegiatan pembelajaran sudah disusun
untuk memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru, agar dapat
melaksanakan proses pembelajaran secara professional, memuat rangkaian kegiatan
manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
seperti dalam silabus. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan
skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar.
Kegiatan ini diorganisasi menjadi kegiatan: pendahuluan, isi, dan penutup.
Kelima, evaluasi yang dibuat di
produk RPP sudah sesuai dengan konsep penilaian yang ada di kurikulum 2013
mengukur kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Evaluasi dilakukan
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena
pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka
penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Keenam, produk
akhir RPP tema kerukunan dalam masyarakat adalah produk yang sudah melalui
beberapa tahap yaitu mengkaji dokumen kurikulum 2013, studi emperik,
mengembangkan prototipe RPP, rancangan jaring tema, rancangan kegiatan, dan
rancangan evaluasi yang autentik kurikulum 2013 sesuai dengan aspek-aspek
pengukuran validasi yaitu validitas isi dan konstruk. Produk RPP memenuhi
validitas isi berarti dalam pengembangannya telah didasarkan atas isi dari
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum
Pedoman Pembelajaran (Kemendikbud, 2013:38) dan teori-teori yang dijadikan
acuan dalam perumusan ataupun penyusunan. Sedangkan produk RPP yang memenuhi
validitas konstruk berarti dalam pengembangannya memperhatikan keterkaitan
antara komponen dalam RPP tersebut dan komponen dalam RPP tersebut disusun
secara sistematis.
Keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran diperoleh memenuhi kriteria baik. Ini berarti hasil penelitian
menunjukkan rencana pelaksanaan pembelajaran tema Kerukunan dalam Bermasyarakat
Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam
Rangka Implementasi Kurikulum 2013 di kelas V sudah mempunyai kualitas yang
baik. Kualitas yang dirancang peneliti dengan RPP yang ada dan tersebar di
sekolah-sekolah memiliki perbedaan dan kualitas yang berbeda terlihat dari
komponen-komponen RPP seperti pada KD-KI 1 sampai KI 4, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, rincian kegiatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran serta
yang paling menonjol adalah disusun jaring subtema pembelajaran yang dapat
memberikan alur yang jelas pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kualitas
produk RPP yang baik akan memudahkan guru memanfaatkannya dalam proses
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan, begitu juga alat,
media yang diperlukan serta alat-alat teknik penilaian yang digunakan, sehingga
siswa dan guru memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Uji coba terbatas RPP tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat subtema 1 (hidup rukun) dicobakan di SD No. 4
Penarukan, SD No.1 Anturan, dan SD No.2 Kampung Baru memperoleh rata-rata skor
keterlaksanaan 86,55 yang termasuk pada kategori baik, subtema 2 (manfaat hidup
rukun) diuji cobakan di SD No. 1 Astina, SD No. 2 Tukad Munga dan SD No. 2 Sari
Mekar dengan capaian rata-rata skor 86,09 dengan kategori baik, dan subtema 3
(cara menjaga kerukunan) diuji cobakan di SD No. 3 Kampung Baru, SD No. 3
Kalibukbuk dan SD No. 1 Paket Agung dengan capaian rata-rata skor 86,09
termasuk pada kategori baik pula. Baik ini berarti guru yang digunakan sebagai sampel untuk
mengujikan RPP pada tema tersebut sudah mampu dengan baik melaksanakan
rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rancangan RPP yang telah
disediakan peneliti walaupun dengan sarana dan prasarana serta keterbatasan
pengetahuan tentang implementasi Kurikulum 2013 masih terbatas. Dari
keseluruhan pertemuan di 9 kelas yang tersebar di Sekolah Dasar Kecamatan
Buleleng diperoleh rata-rata skor capaiannya 86,25 yang termasuk kategori baik,
ini berarti produk RPP pada sembilan pertemuan dilaksanakan dengan baik. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurina (2010), hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran
dengan baik dengan lebih dari 50 % komponen RPP terlaksana. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2014) hasil penelitiannya menyatakan bahwa
keterlaksanaan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan kategori sangat praktis.
Dari hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian yang dibuat peneliti
mengenai produk RPP Tema Kerukunan dalam Bermasyarakat, yang dikembangkan
hampir sama yaitu ada pada kategori baik.
Keterlaksanaan RPP ini juga
tidak lepas dari peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Bettencourt (dalam
Suparno, 1997) berpendapat bahwa mengajar berarti partisipasi dengan pebelajar
dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis,
dan mengadakan justifikasi. Sejalan dengan hal tersebut, Djamarah dan Zain
(dalam Nurina, 2009) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan dan metode yang
digunakan dalam pembelajaran. Di samping itu guru juga sudah mampu memanfaatkan
komponen kegiatan pembelajaran yang meliputi tujuan, kegiatan belajar mengajar,
bahan pelajaran, metode, alat, dan bahan secara optimal. Keterlaksanaan RPP
yang baik ini juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran tematik terpadu
berorientasi pendekatan saintifik memberi pengalaman langsung bagi siswa dimulai
dari mengamati (membaca, mendengar dan melihat), mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah
data, dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh (Kemendikbud, 2013).
Meskipun keterlaksanaan
produk RPP tergolong baik namun belum dikatakan maksimal, karena pembelajaran
tematik terpadu dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 adalah PBM
yang baru dikenal dan belum semua guru maupun sekolah memahami betul bagaimana
isi yang dimanatkan dari kurikulum 2013. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
faktor yang dialami selama kegiatan pembelajaran dari sembilan pertemuan yang
dilaksanakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah:
1)
Keterbatasan
sarana-prasana penunjang pembelajaran terutama buku siswa yang seharusnya sudah
dimiliki oleh masing-masing siswa namun sampai sekarang belum.
2)
Dalam
melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan produk RPP tema Kerukunan dalam
Bermasyarakat, kebanyakan siswa memperlihatkan sikap diam dan kurang aktif
karena menganggap kegiatan itu sulit dan takut untuk memulai.
3)
Guru
belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dituntut dalam
buku pegangan guru. Hal ini terlihat dari kesulitan dari yang dialami guru
untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan
pendekatan saintifik seperti yang terlihat dalam RPP.
4)
Belum
optimalnya posisi guru sebagai fasilisator dan pembimbing kegiatan
pembelajaran.
5)
Dalam
kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik belum dilaksanakan
secara optimal karena siswa masih bersikap pasif terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa produk RPP tema Kerukunan dalam Bermasyarakat Pada
Pembelajaran Tematik Terpadu Berorientasi Pendekatan Saintifik Dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013 di kelas V yang dikembangkan telah memenuhi syarat
baik dan layak serta keterlaksanaannya sudah baik digunakan guru kelas V dalam
rangka implementasi kurikulum 2013 meskipun terdapat kendala yang bisa sesuaikan.
Pada tahap mengetahui
sejauh mana persepsi guru tentang pembelajaran tematik terpadu, peneliti
memberikan kuisioner persepsi guru pada
9 orang guru Sekolah Dasar di Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng terhadap
pembelajaran tematik terpadu selama peaksanaan kurikulum 2013 berlangsung. Dari
kuisioner yang diberikan memperoleh
hasil dengan skor 86,26 dapat dikategorikan bahwa persepsi guru tentang
pembelajaran tematik terpadu terutama pada kurikulum 2013 memiliki kategori
baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2014) hasil
penelitiannya menyatakan bahwa persepsi guru tentang keterlaksanaan pembelajaran
menunjukkan kategori sangat praktis. Persepsi tentang pembelajaran tematik terpadu sesuai
dengan pendapat Dantes (2014:298) menyatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu
adalah proses pembelajaran dengan materi tematik-terpadu tertentu yang
mengaktifkan peserta didik baik di dalam maupun di luar ruangan kelas melalui
kegiatan berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab dalam
mengembangkan dan membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik.
Meskipun selama ini masih
kurang memahami betul tentang kurikulum 2013. Selama guru mengikuti pelatihan
masih juga guru belum memahami dan memahami betul tentang kurikulum 2013. Hal
ini disebabkan oleh persepsi tentang pengimplementasian kurikulum tiap guru
memiliki pemahaman berbeda. Guru sangat menyadari bahwa guru merupakan sumber
utama pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh ketidak tersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran contohnya buku pembelajaran tematik terpadu yang harus
dimiliki oleh siswa sebagai pedoman pembelajaran. Hasil persepsi tersebut
merupakan langkah awal untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu
dalam rangka implementasi kurikulum 2013.
PENUTUP
Berdasarkan laporan hasil
penelitian seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hasil penelitian sebagai berikut: (1) Prosedur atau
tahapan pengembangan penyusunan produk RPP yang tahapannya sebagai berikut: (a)
mengkaji silabus; (b) mengidentifikasi materi pembelajaran; (c) menentukan
tujuan; (d) mengembangkan kegiatan pembelajaran; (e) penjabaran jenis
penilaian; (f) menentukan alokasi waktu; dan (g) menentukan sumber belajar.
(2)Jaring RPP dibuat berdasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi literatur terhadap kurikulum 2013,
silabus, buku guru, buku siswa, teori-teori pengembangan perangkat pembelajaran
serta analisis empirik.
masing-masing subtema terdiri dari 6 pembelajaran, maka jaring subtema
pembelajaran setiap subtema terdiri dari 6 jaring subtema sehingga total
keseluruhan jaring subtema pembelajaran yang dibuat keseluruhan berjumlah 18
jaring subtema pembelajaran. (3) Prototipe RPP memuat paling sedikit: (a)
tujuan pembelajaran, (b) materi pembelajaran, (c) metode pembelajaran, (d)
sumber belajar, dan (e) penilaian. (4) Rancangan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan inti
dimunculkan pendekatan saintifik yang meliputi aspek mengamati, menanya,
mengumpulkan data/eksperimen/eksplorasi,mengasosiasi/mengolah data, dan
mengomunikasikan. (5) Evaluasi pembelajaran RPP mencangkup KI 1 sampai
KI 4 yang dimana penilaiannya berisi jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen dan pedoman penskoran. (6) Bentuk akhir RPP
merupakan produk yang sudah melalui tahapan pengembangan penyusunan RPP yang
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu mengkaji dokumen kurikulum 2013, studi
emperik, mengembangkan prototype RPP, rancangan jaring tema, rancangan
kegiatan, dan rancangan evaluasi yang autentik kurikulum 2013. (7) Kualitas
Rancangan RPP yang dikembangkan memenuhi syarat validitas dengan nilai
rata-rata 90,2, termasuk dalam kategori sangat baik, valid dan layak digunakan.
(8) Kualitas Rancangan RPP pada tahap uji skup terbatas pada siswa kelas V
memiliki kualitas yang baik. Hal ini terlihat dari keterlaksanaan RPP dengan
nilai rata-rata 86,25 sehingga layak digunakan dalam pembelajaran, dan (9) persepsi
guru terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis tematik terpadu terutama pada
pelaksanaan kurikulum 2013, meliliki kategori baik dengan nilai rata-rata
86,26.
Mengacu pada rumusan masalah dan
didukung oleh laporan hasil penelitian dalam penelitian ini, dapat diajukan
saran sebagai berikut: (1) dalam penelitian ini telah dihasilkan produk rencana
pelaksanaan pembelajaran tema selalu berhemat energi pada pembelajaran tematik terpadu berorientasi pendekatan
saintifik dalam rangka implementasi kurikulum 2013 yang mengacu pada Permendikbud
No.81 A sebagai bahan acuan bagi kepala sekolah dalam memberikan masukan dalam
mengefektifkan proses pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan dalam rangka
implementasi kurikulum 2013. (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tema
Kerukunan dalam Bermasyarakat dapat meningkatkan profesionalisme guru,
meningkatkan tingkat kepercayaan diri bagi guru, memberikan pengalaman,
menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam merancang RPP Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, serta mempermudah proses pembelajaran terpadu
berorientasi pendekatan saintifik dalam rangka kurikulum 2013. (3) Dalam mengimplementasikan
produk RPP kurikulum 2013 yang dikembangkan ini dapat memberikan siswa
pengalaman yang nyata, memberikan dasar-dasar berpikir kongkret sehingga
mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa,
memperoleh pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan menarik sehingga
makna pembelajaran tersebut mampu diserap secara cepat dan gamblang oleh siswa.
Hal ini akan menyebabkan pembelajaran lebih bermakna sehingga akan dapat meningkatkan
pengetahuan siswa, dan (4) hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti di bidang
pendidikan dan untuk meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki
kontribusi terhadap pengembangan RPP tematik terpadu dalam rangkas kurikulum
2013.
UCAPAN
TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada: Prof. Dr. Nyoman Dantes selaku Pembimbing I dan Prof. Dr. A.A.I.N
Marhaeni, M.A. selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi, dukungan
dan membimbing dengan sabar, dari awal sampai tesis ini selesai. Kepada Kepala UPP
Kecamatan Buleleng serta Kepala-kepala Sekolah yang menjadi tempat penelitian
dilakukan, telah memberikan ijin pada penulis untuk melaksanakan penelitian.
DAFTAR RUJUKAN
Dantes, N. 2014. Landasan
Pendidikan Tinjauan dari Dimensi Makro pedagogis.Singaraja
Depdiknas, 2004. Pedoman khusus pengembangan portofolio
untuk penilaian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jaya,
I M. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Bermuatan Pendidikan
Karakter Dengan Setting Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Karakter dan Hasil
Belajar Siswa SMP. Tesis (tidak
diterbitkan) Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Undiksha.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 67 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 81A tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
.
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2013, Modul Implementasi Kurikulum 2013.
Nurina
Suraya, S. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu dengan Setting Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Siswa.http://ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/id/ejournal/authors/term/28/_/248.html. Diuduh Tanggal 28 November 2014.
Rustaman, N. 2004. Penilaian berbasis kelas. Makalah.
Disajikan pada seminar/lokakarya di FPMIPA Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Negeri Singaraja, sabtu, 4 Desember 2004, Singaraja.
Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Thiagarajan,
S. 1974. Instructional, Development
for Traibbing Teacher of Exceptional
Children. Minnesota: Indiana University